Kamis, 13 Desember 2018

Sejarah Produksi Lebah Ratu Apis cerana

koloni lebah Apis cerana


Produksi lebah ratu bertujuan memberikan kepastian kepada petani ternak tentang waktu, koloni yang terpilih dan beberapa karakter khusus  (Suryanarayana et al., 1998). Metode pembuatan lebah ratu Apis mellifera telah dikembangkan oleh beberapa peneliti seperti Miller (1912) yang memanfaatkan tingkah laku lebah pekerja membentuk lebah ratu dari larva lebah pekerja ketika lebah ratu lama tidak ada dengan cara memberi sarang berisi larva baru menetas. Jauh sebelum Dr. Miller mempublikasikan penelitiannya, Alley (1883) melakukan pembuatan lebah ratu dengan cara memasukkan lembaran pondasi yang telah dipotong. Doolittle (1888) mengenalkan metode mencangkok (grafting), yaitu pemindahan larva lebah pekerja ke dalam sarang lebah ratu. Metode ini digunakan sampai sekarang dan dianggap sebagai metode yang paling mudah dan paling baik. Jay Smith menggunakan metode Doolittle selama beberapa tahun dan menambahkan beberapa modifikasi pada metode tersebut (Smith, 1923). 
Pengetahuan tentang proses produksi  lebah ratu Apis mellifera telah berkembang dengan baik, namun sangat sedikit yang diketahui tentang hal ini pada Apis cerana dan tidak ada analogi langsung yang diperbolehkan dari satu spesies ke spesies lainnya karena mereka berbeda dalam sejumlah karakteristik morfologi dan perilaku ( Butler, 1962). Salah satu perbedaan besar adalah jumlah spermatozoa yang diproduksi oleh lebah jantan. Ruttner dan Maul (1969) menemukan jumlah spermatozoa yang dihasilkan oleh lebah jantan Apis cerana 5 juta spermatozoa. Jumlah ini sekitar 15% dari jumlah spermatozoa yang dihasilkan oleh Apis mellifera. Disisi lain meskipun jumlah koloni Apis cerana secara umum lebih kecil daripada jumlah koloni Apis mellifera namun lebah ratu Apis cerana bertelur hingga 1.000 telur per hari (Ruttner, 1972). Selanjutnya dalam percobaannya Ruttner (1972) memelihara koloni Apis cerana selama 5 tahun diantara koloni Apis mellifera dan ia menemukan bahwa sistem penyimpanan spermatozoa pada Apis cerana sama efektifnya dengan Apis mellifera. Terlepas dari jumlah spermatozoa yang lebih kecil pada lebah jantan Apis cerana, ia menjelaskan dengan dua cara :
1.    Lebah ratu Apis cerana menerima lebih sedikit spermatozoa selama masa kawin, tetapi proses transfer ke kantung sperma lebih efisien dibandingkan Apis mellifera (hanya 10% yang mencapai kantung sperma) sehingga memberikan hasil akhir yang hampir sama.
2.    Lebah ratu Apis cerana kawin dengan lebih banyak lebah jantan dibandingkan dengan Apis mellifera.
Ruttner (1972) melaporkan telah mempraktekkan pembuatan lebah ratu Apis cerana dengan metode Doolittle sarang lebah ratu ama April 1971 dan cukup berhasil. Setelah melakukan beberapa percobaan ia menarik kesimpulan :
1.    Pembesaran lebah ratu dari larva yang dicangkokkan memberikan hasil yang sama seperti pada Apis mellifera. Diameter sarang lebah ratu tidak boleh lebih dari 8 mm. Koloni tanpa lebah ratu ukuran sedang dapat membersarkan 12-20 sarang lebah ratu.
2.    Tidak mungkin membesarkan larva calon lebah ratu Apis cerana di koloni Apis mellifera. Pada suatu percobaan menggunakan metode mencangkok ganda (larva Apis mellifera pertama, Apis cerana kedua),  8 sarang lebah ratu dari 30 sarang lebah ratu diberi makanan sepanjang tahap larva sampai sarang lebah ratu tertutup. Tetapi larva tidak mengalami metamorfosis dan mereka mati 10 hari setelah mencangkok.
3.    Tidak mungkin membuat koloni kotak kawin dari koloni buatan (lebah saja tanpa anakan, seperti koloni swarming), karena lebah akan melarikan diri segera setelah diijinkan terbang. Satu-satunya metode yang praktis adalah membuat kotak kawin dari sisiran yang berisi anakan. Beberapa kejadian kotak kawin koloni kecil akan melarikan diri atau bersatu dengan koloni lain.
4.    Jika ada lebah jantan di daerah tersebut, perawan Apis cerana tidak mau bertelur sama sekali, atau mereka akan menelurkan lebah jantan. Beberapa lebah ratu akan bertelur normal tetapi 3 minggu kemudian akan bertelur jantan. Fenomena ini mungkin disebabkan karena kedua spesies (Apis mellifera dan Apis cerana) tertarik dengan jenis feromone seksual yang sama. Ketertatikan lebah jantan Apis mellifera dengan lebah ratu Apis cerana sama besar dengan lebah ratu Apis mellifera. Tampaknya ketertarikan lebah jantan Apis mellifera mengganggu proses perkawinan lebah ratu Apis cerana dan mencegah terjadinya pembuahan. Kesuksesan kawin alami Apis cerana diperoleh ketika ketika menggunakan area perkawinan yang cukup terisolasi.
5.    Inseminasi buatan dapat dilakukan pada Apis cerana tetapi akan memakan waktu karena sedikitnya jumlah semen dan kekentalan semen.

Pustaka


Alley, Henry,1883,  The Bee Keeper’s Handy Book. Publ. By author. Wenham, Mass

Butler, C. G.,1962, The world of the honeybee. London : Collins 2nd ed

Doolittle, G. M., 1888, Scientific Queen Rearing. 6th edition. American Bee Journal. Hamilton. Illionis.

Miller, C. C., 1912, How Best Queen Cells Can Be Secured. American Bee Journal. 52(8): 245

Ruttner, F. & Maul, V. (1969) The Cause Of The Hybridization Barrier Between Apis mellifera. Land,   Apis cerana Fabr. XXII Int. Beekeep. Congr. : 561

Ruttner, F., Woyke, J., & Koeniger, N., 1972,  Reproduction in Apis Cerana1. Mating Behaviour. Journal of Apicultural Research, 11(3), 141–146.


Suryanarayana, M. C., Mohana Rao, G. And Subba Rao, K., 1998, Rearing of queen bees in India. All India Beekeepers Association, Pune, India.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

PEMBUATAN RATU LEBAH MADU

(Bagian 1) Sebelum kita membicarakan tentang pembuatan Ratu Lebah Madu, ada baiknya kita mengenal Sang Ratu terlebih dahulu. Mengapa d...