Kristalisasi madu
Madu
mengkristal atau granulasi merupakan fenomena alami dimana madu berubah bentuk
dari cairan menjadi semi padat. Konsumen biasa menyebutnya “beku”. Madu
mengkristal hanya sedikit dipahami oleh konsumen umum. Banyak yang berasumsi
bahwa madu mengkristal diakibatkan adanya pemalsuan atau produk sudah tidak
alami. Sebenarnya tidak demikian. Kristalisasi madu sebenarnya merupakan proses
alamiah dan terjadi secara spontan. Banyak jenis madu mentah atau madu yang
belum mengalami pemanasan mempunyai tendensi mengkristal pada saat penyimpanan.
Kristalisasi ini tidak mempengaruhi madu, kecuali warna dan tekstur.
Kristalisasi tidak menjadikan madu basi. Karakteristik madu tetap terjaga
meskipun madu berbentuk kristal. Beberapa konsumen menyukai bentuk kristal
karena lebih mudah dioleskan ke roti dan mempunyai rasa yang lebih
menggigit. Kristalisasi madu tidak berhubungan dengan kualitas, tetapi
kristalisasi sebagai tanda bahwa madu itu mentah (tidak mengalami pemanasan)
dan alami.
Mengapa madu mengkristal?
Madu merupakan larutan gula sangat pekat dengan kandungan gula 70% dan air 20%. Hal ini berarti sangat banyak gula yang harus diikat oleh air, hal ini membuat madu tidak stabil.
Dua
gula utama dalam madu adalah fruktosa dan glukosa. Secara umum kandungan
fruktosa berkisar 30-44% dan glukosa 25-40%. Perbandingan diantara fruktosa dan
glukosa menentukan apakah madu akan mengkristal dengan cepat atau lambat.
Semakin banyak jumlah glukosa maka madu akan cepat
mengkristal demikian pula sebaliknya. Gula yang membentuk kristal adalah glukosa, karena
ia memiliki kelarutan yang lebih rendah. Fruktosa lebih larut dalam air
dibandingkan dengan glukosa, sehingga ia tetap dalam bentuk cair.
Ketika glukosa mengkristal, ia akan terpisah dari
air dan membentuk kristal tipis. Ketika kristal ini tumbuh dan lebih banyak
glukosa membentuk kristal, kristal-kristal ini akan tersebar dalam madu.
Larutan ini akan berubah menjadi bentuk yang stabil dan akhirnya madu akan
berubah menjadi kristal.
Beberapa
jenis madu membentuk kristal segaram, sebagian lainnya terpisah menjadi dua
lapisan dengan lapisan kristal pada bagian bawah dan lapisan cair pada bagian
atas. Ukuran kristal yang terbentuk juga bisa berbeda, beberapa akan membentuk
kristal lembut dan sebagian lain membentuk kristal kasar seperti pasir. Semakin
cepat madu mengkristal maka bentuknya akan semakin lembut. Kristal mempunyai
warna yang lebih cerah dibandingkan ketika bentuknya masih berupa cairan. Hal
ini mengacu pada fakta bahwa glukosa cenderung membentuk kristal kering,
dan bentuk kristal glukosa secara alami berwarna putih bersih. Madu yang
berwarna hitam akan membentuk kristal berwarna kecoklatan.
Seberapa cepat madu
mengkristal?
Madu
dari jenis yang berbeda akan mengkristal dengan kecepatan yang berbeda pula.
Sebagian akan mengkristal beberapa minggu setelah dikeluarkan dari
sisiran, sebagian yang lain akan tetap bertahan dalam bentuk cair selama
beberapa bulan atau tahun.
Beberapa faktor yang mempengaruhi kecepatan
kristalisasi :
- Sumber nektar yang dikumpulkan oleh lebah (komposisi gula dalam madu)
- Penanganan madu (prosesing)
- Temperatur penyimpanan
Lama
waktu madu membentuk kristal sangat dipengaruhi rasio fruktosa terhadap glukosa
dan rasio glukosa terhadap air. Madu yang mengandung glukosa tinggi dan
kandungan fruktosa rendah akan mengkristal dengan cepat seperti madu karet dan
madu kaliandra. Madu yang mengandung fruktosa tinggi dan glukosa rendah
(mengandung glukosa kurang dari 30%) akan mengkristal dengan sangat lambat dan
akan bertahan dalam bentuk cair selama beberapa tahun tanpa penanganan khusus
seperti madu randu, rambutan dan kopi. Semakin
tinggi kandungan glukosa dan semakin rendah kandungan air maka madu akan
mengkristal semakin cepat. Sebaliknya, madu dengan kandungan glukosa lebih
rendah dan kandungan air lebih tinggi akan mengkristal lebih lambat. Madu
dengan kadar air tinggi akan membentuk kristal dengan tidak merata dan terpisah
menjadi bentuk cair dan bentuk kristal.
Kecepatan
madu membentuk kristal tidak hanya dipengaruhi oleh komposisinya, tetapi juga
dipengaruhi oleh keberadaan katalis, seperti bibit kristal, butiran pollen dan sisa
malam dalam madu. Partikel-partikel kecil ini bertindak sebagai inti dari
kristalisasi. Madu mentah (tanpa pemanasan dan penyaringan) yang mengandung
sedikit malam, propolis dan pollen akan mengkristal lebih cepat. Madu yang
telah mengalami proses (pemanasan dan penyaringan) akan bertahan dalam bentuk
cair lebih lama daripada madu mentah karena ketiadaan bibit kristal yang memicu
terjadinya kristalisasi glukosa. Madu yang dipersiapkan untuk pasar komersial
biasanya dipanaskan dan disaring terlebih dahulu. Pemanasan dan penyaringan
akan melarutkan kristal gula dan membuang partikel asing yang mungkin
terdapat dalam madu. Cara ini dapat menghambat kristalisasi.
Temperatur
penyimpanan mempunyai pengaruh yang besar. Madu mengkristal dengan cepat pada
kisaran suhu 10-15oC (50-59oF). Pada temperatur dibawah
10oC (52oF) proses kristalisasi akan melambat. Temperatur
yang rendah akan meningkatkan viskositas madu (madu lebih kental ketika
dingin), dan ini akan memperlambat pembentukan dan penyebaran kristal. Madu
akan tahan mengkristal pada suhu diatas 25oC (77oF).
Ketika temperatur 40oC (104oF)
kristal akan larut. Temperatur diatas 40oC (104oF) akan
merusak kandungan madu.
Tabel
dibawah ini menunjukkan kecepatan relatif kristalisasi berdasarkan jenis madu
Relative
Crystallization Speed of Various Honeys
Honeys
Honey Type
|
Crystallization
|
African
acacia
Black
locust (Robinia pseudoacacia)
Cranberry
Litchi
Longan
Milk
vetch (Astragalus)
Milkweed
(Ascelpia syriaca)
Sage
(Salvia officinalis)
Sidr/jujube
Tulip
poplar
Tupelo
Bell
heather (Calluna cinerea)
Blackberry
Borage
(Borago officinails)
Buckwheat
Chestnut
(Castania sativa)
Citrus
(Orange blossom honey)
Eucalyptus
Fireweed
(Epilobium angustifolium)
Linden/lime/basswood
(Tilia)
Maple
(Acre spp.)
Hawthorn
(Crataegus spp.)
Nodding
thistle (Carduus nutans)
Rosemary
Sourwood
(Oxydendrum arboreum)
Spanish
Lavender (Lavendua Stoechas)
Thyme
(Thymus vulgaris)
Alfalfa
Apple,
pear, plum and cherry
Clover
(Trifolium)
Cotton
Dandelion
Lavender
(Common lavender) *
Phacelia
(lacy or tansy phacelia)
Field
bean (Vicia faba)
Goldenrod
(Solidago)
Holly
(Ilex aquifolium)
Ivy
(Hedera Helix)
Mesquite
(Prosopis spp.)
Mustard
Oilseed
rape
Raspberry
Star
thistle (Centaurea solstitialis)
Sunflower
Wild
thyme (Thymus serpyllum)
|
Very
slow
Very
slow
Very
slow
Very
slow
Very
slow
Very
slow
Very
slow
Very
slow
Very
slow
Very
slow
Very
slow
Slow
Slow
Slow
Slow
Slow
Slow
Slow
Slow
Slow
Slow
Slow
Slow
Slow
Slow
Slow
Slow
Rapid
Rapid
Rapid
Rapid
Rapid
Rapid
Rapid
Rapid
Rapid
Rapid
Rapid
Rapid
Rapid
Rapid
Rapid
Rapid
Rapid
Rapid
|
*Tergantung
temperatur. Kecenderungan mengkristal lebih cepat jika disimpan dibawah suhu
21-23º C (70-75º F). Jika disimpan pada suhu lebih tinggi dari 23-32ºC
(75-90º
F) biasanya tidak mengkristal dengan cepat.
Mencairkan madu yang telah mengkristal
Madu
yang telah mengkristal dapat kembali ke bentuk cair dengan cara dihangatkan
dalam water bath dan warming cabinet, pemanasan harus dilakukan secara tidak
langsung, api tidak boleh langsung berhubungan dengan wadah madu.
Suhu
dalam sarang lebah berkisar antara 35OC (95OF) dan bisa
mencapai 40OC (104OF) selama musim kemarau pada saat
lebah mematangkan madu. Untuk tujuan mencairkan madu, suhu yang paling baik
adalah 35-40OC (95-104OF). Suhu tidak boleh lebih dari
40oC (104oF) untuk menghindari pemanasan yang
berlebihan. Pemanasan madu dalam rentang waktu tertentu akan menurunkan
kualitas madu dengan jalan merusak enzim, merubah rasa, aroma dan merubah warna
madu menjadi lebih gelap. Pemanasan harus dilakukan dengan hati-hati sehingga
tidak merusak kandungan nutrisi dalam madu. Mencairkan madu yang telah
mengkristal dengan tidak merusak kualitasnya bisa dilakukan dengan cara berikut
:
Water Bath – panaskan
Komentar ini telah dihapus oleh administrator blog.
BalasHapus